Joyo-Gulita

di sore ini Joyo memutuskan untuk singgah di suatu desa dan akan melanjutkan perjalananan ke esokan harinya, dengan lagak kebingungan Joyo melongok kesana kemari hendak mencari sesuatu, dan akhir nya melintas seorang lelaki setengah baya, tampak sebuah clurit di tangan kanannya serta tas keranjang terbuat dari rotan di tangan kirinya dan menghampiri Joyo.

cari apa yah mas

sapa sang lelaki tersebut, raut Joyo langsung tersenyum dan segera mengutarakan uneg-uneg nya ke lelaki itu.

nama saya Joyo pak, saya hendak ke desa Gulita

raut muka lelaki itu langsung berubah, alisnya berkerut dan matanya seakan menatap tajam ke arah Joyo,

nama saya Parjo, ada maksud apa Kisanak Joyo hendak ke desa gulita,

tidak ada apa-apa kok pak, saya hanya ingin jalan-jalan ke sana, tetapi karena sekarang sudah sore, saya hendak mencari tempat penginapan, karena tidak mungkin melanjutkan perjalanan ini di malam hari.

pak parjo tiba-tiba menoleh dan mengacungkan telunjuk nya ke arah selatan, lalu memalingkan lagi wajahnya ke Joyo

jika kisanak hendak mencari penginapan, di sebelah selatan tidak jauh dari sini, ada sebuah rumah tua, rumah itu tidak berpenghuni, jika ada orang yang lewat desa ini dan kemalaman mereka selalu menginap disana, hanya saja situasi di sana kurang nyaman, maklumlah itu rumah sudah tua, dan sekitar sini sama sekali tidak ada penginapan. kalau begitu saya permisi kisanak.

tanpa basa basi lagi, lelaki setengah baya itu, langsung berlalu ke arah yang berbeda.

***

tampak di depan joyo, sebuah rumah yang sudah reot beratapkan rumbia, rumah itu terbuat dari papan, tamapak sebuah lubang tidak terlalu besar di dekat pintu depan, tepat di bawah jendela yang berada di sebelah kanan, jendela yang sebelah kiri sudah tidak mempunyai daun jendela.

Joyo bergegas masuk ke dalam rumah, ruangan tidak terlalu gelap walau tidak ada lampu, di karenakan tepat di bagian atas sebelah kanan rumah terdapat bocoran yang lumayan gede sehingga sinar bulan pada malam itu bisa langsung menyinari ruangan rumah, ada sebuah bila-bila bambu tepat di tengah ruangan. Joyo meletakkan bundelan yang terbuat dari kain sarung di atas bila yang siap di jadikan bantal berisikan pakaian yang selalu di bawanya kemana-mana, rupanya ia sudah menetapkan tuk menginap malam ini di rumah tua itu.

***

sinar terik pagi hari menyilaukan mata Joyo yang tidur pas di bawah atap yang lubang, sehingga membuat nya terbangun, tampak Joyo terburu-buru untuk beranjak dari tidurnya, “ternyata nyenyak juga tidur ku semalam” celetuk Joyo dalam hati sambil menyengirkan bibirnya.

(lg gak mut :D ) nanti di lanjut yah :P

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.