Perjalanan ke siwa bukanlah perjalanan yang pertama tetapi masuk ke plabuhan siwa adalah kali pertama, suasana pelabuhan yang gersang menunjukkan bahwa pelabuhan ini kurang terurus
Tepat jam 8 pagi, kami sampai dipelabuhan ini, di dalam kabin mobil kami hanya berempat, bapak dan ibuku, saya dan anakku yang masih berumur 4 tahun, saya sedikit sekilas mengamati sejak dari luar sebelum masuk pelabuhan ada beberapa tatanan ruko yang sudah tidak lanjut bangun, mungkin saat pelabuhan itu dipromosikan warga yang ingin berinvest kesana terlalu menggebu dan pada akhirnya ternyata pelabuhan tak terurus dengan baik dan sedikitnya kapal yang beroperasi disana, disana terdapat pasar kecil dengan lapak yang lumayan banyak hanya ada satu kendala yaitu tempat buang air besar dan kecil, ada satu mesjid (mushola) yang dibuat bisnis wc umum masuk akal lah dan bukan masalah buat saya karena mengingat air bersih di wilayah pelabuhan sangat susah, kencing Rp.3.000, Bab Rp.5.000 Mandi Rp.10.000 kalau tidak salah ingat seperti itu tarif nya, kesempatan bisnis yang bagus menurut saya, karena kapal hanya ada jam 2 siang dan malam jam 9 yang nyeberang ke konawe.
Sungguh alot dan bikin sakit hati sebenarnya di pelabuhan siwa itu, karena kapal feri yang kecil sehingga menggunakan sistem daftar yang rancu dan belum tentu bisa berangkat, kami sudah reservasi dengan urutan nomer 10 sejak pagi, pas jam 2 teng muncul jadwal keberangkatan bahwa mobil yang kami kendarai berada di urutan 14 ada apa gerangan apakah ada permainan disposisi didalam sana entah saya taktau, artinya kami harus menunggu kapal jam 9 malam, dan yang menjadi target kami adalah sampai kendari di sore hari, yah nasib kami berkata lain dan akhirnya kami memutuskan untuk balik memutar ke malili tanpak beberapa mobil yang antri sejak pagi yang tergeserpun memutar arah melewati rute malili.
Yang memicu kekecewaan kami terhadap pelabuhan ini adalah bukan karena fasilitas yang kurang layak, karena jelas sangat dimaklumi bahwa lokasi pelabuhan yang memang kurang strategis agag gersang dan pemicunya mungkin intensitas penyeberangan yang sedikit dan intensitas muat kapal juga sedikit, dan yang satu hal lagi yaitu jalur trans sulawesi selatan tenggara sudah terbuka dan sangai baik untuk di lalui, mungkin itu membuat pelabuhan ini kalah promosi.
Sejak kemarin saya menulis curhat ini, semalam saya mendapatkan berita duka bahwa kapal marina yang bertolak ke siwa mengalami tabrak karang dikarenakan cuaca ekstream saat ini, Innalillahi wainna ilaihi rojiun, sampai saat ini saya belum mendengar kabar lagi, informasi dari teman-teman semalam bahwa berita yang menyebar di media beredar foto-foto penyelamatan itu HOAX, doa kami semua semoga evakuasi berlangsung tidak menyulitkan dan semua awak kru dan penumpang selamat, Amin amin ya Allah. Sekian opini saya mengenai pelabuhan Siwa, semoga pihak syah bandar akan selalu berbenah diri dikemudian hari.